Wednesday 15 April 2015

MAKALAH PERSPEKTIF SHOLAT FARDHU PADA ASPEK KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK



MAKALAH
PERSPEKTIF SHOLAT FARDHU PADA ASPEK KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK
Makalah Ini di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Pembelajaran PAI Pada Tingkat Menengah
Dosen Pengampu : Drs. H. Endang Saputra, M.Pd







Disusun Oleh :

1.      RINALDI HARDIANSAH
2.      RASMADI
3.      SUSANTI
4.      NOVIYANTI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )
BUNGA BANGSA CIREBON
2014


KATA PENGANTAR


Assalaamu’alaikum.Wr. Wb
Alhamdulillah, kami ucapkan kepada Allah, yang telah melimpahkan karunia-Nya serta nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Mengembangkan Pemahaman PAI pada Aspek Kognitif, Afektif Psikomotor”.
Shalawat serta salam kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi besar Muhamad SAW, karena dengan perjuangannya kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Selanjutnya kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu semoga mendapat berkah dari Allah SWT.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekeliruan, namun kami mengharap tegur sapa, saran dan kritik yang sifat nya membangun dari pembaca, sehingga dengan saran dan kritikan dari pembaca mudah-mudahan penulis bisa memperbaiki untuk kedepaannya. Karena tak ada manusia terlepas dari kesalahan dan khilaf.
Kami berharap semoga tugas ini bermanfaat bagi kita  semua. (Amin)

Wassalaamu’alaikum. Wr. Wb


Cirebon  24 November 2014

           Penulis



DAFTAR ISI






























BAB I

PENDAHULUAN


A.         Latar Belakang

Shalat merupakan kewajiban hamba Allah Swt yang beriman. Bentuknya adalah serangkaian gerakan dan do’a dengan menghadapkan wajahnya kepada Yang Maha Pencipta. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diperhitungkan dan pertama kali dihisab di hari akhir. Di dalam ibadah shalat ada dua macam bentuk, yaitu: shalat wajib dan shalat sunat. Menurut hadist Bukhori, shalat wajib adalah ibadah yang wajib dikerjakan oleh masing-masing orang muslim, apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan akan mendapatkan dosa. Shalat wajib ini ada lima macam waktu, diantaranya: shalat Subuh dikerjakan menjelang fajar, shalat Dzuhur dikerjakan pada saat matahari melebihi bayangan kita, shalat Ashar dikerjakan ketika sore sebelum matahari berwarna merah, shalat Maghrib dikerjakan ketika matahari sudah tenggelam, dan yang terakhir shalat Isya’ dikerjakan setelah shalat Maghrib.
 Dijelaskan dalam hadist Bukhori, bahwa shalat sunat adalah adalah ibadah shalat yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila tidak tidak dikerjakan tidak berdosa. Shalat sunat ada banyak macamnya, diantaranya: shalat dhuha, shalat witir, shalat tasbih, sholat istiqharah, dan lain sebagainya. Diantara dua macam bentuk shalat, yang wajib kita kerjakan hanya satu, yaitu shalat wajib. Kewajiban untuk melaksanakan shalat, ketika anak sudah baligh. Shalat wajib dikerjakan dimana, kapan, dan bagaimana saja keadaannya. Shalat yang


dikerjakan secara tekun, khusyu, dan rutin, dapat menjadi alat pendidikan yang efektif dan membawa nikmat yang sangat besar serta mampu membentuk kepribadian muslim. Supaya shalat dapat diterima dihadapan Allah, maka harus mematuhi segala aturan yang sudah diterangkan di Al-Qur’an maupun Al-Hadist.

B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana siswa dapat melakukan gerakan sholat dengan baik ?
2.      Bagaimana siswa dapat mengetahui bacaan sholat dengan benar ?
3.      Bagaiamana siswa dapat mengamalkan sholat dengan penuh percaya diri ?
















BAB II

LANDASAN TEORI TENTANG PERPSEKTIF SHOLAT FARDHU PADA ASPEK KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK


A.     PERPSEKTIF SHOLAT FARDHU PADA ASPEK KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK


1.     Pengertian Perspektif

Perspektif berasal dari bahasa italia "Prospettiva" yang berarti gambar pandangan atau sudut pandangan , namun menurut Leornardo da Vinci perspektif adalah suatu yang alami yang terbentuk dari relief datar menjadi suatu  relief bidang atau ruang. jadi kesimpulannya perspektif adalah suatu teknik sistem matematika membentuk suatu proyeksi bidang tiga dimensi ke dalam bidang dua dimensi , seperti kertas atau canvas. hal ini  dapat membentuk kemungkinan untuk mengambar sebuah objeck atau benda dalam suatu ruang secara nyata diatas bidang datar atau dapat membentuk suatu gambar geometri sehingga tampak di gambarkan atas ,bawah,samping,dan depan pada objeck tersebut.
a.       Sejarah Perspektif
Sejak para seniman mencoba untuk mengekspresikan bentuk tiga dimensi kedalam bidang dua dimensi, dengan sadar ataupun tidak sadar mereka telah terlibat  dengan semacam perspektif. Aliran realis pertama sekali di perkenalkan ke dalam gambar atau lukisan dengan pengunaan bayangan pada zaman Pericles. pemendek garis perspektif dan pemancar sinar,sebagian telah di ketahui sekitar abad 4 SM dan Fragmen-fragmen karya ini tidak turut musnah dengan kehancuran Pompeii (tahun 79 M).
perkembangan perspektif sebagai ilmu pengetahuan dimulai pada zaman renaissance.Paolo Uccelo (1397 - 1475 ) telah menghabiskan begitu banyak waktu untuk mempelajarinya. pekerjaannya kemudian di ikuti oleh dengan yang lain. dipelopori oleh Fillipo Brusnelleschi (1379 - 1446) seorang ahli bangunan, dilanjutkan oleh Leona Battista Alberti (1404-1472 ) seorang arsitek.


Piero degli Franceschi (1420 -1492) seorang pelukis dan ahli matematika, telah menulis buku pelajaran mengenai perspektif . Barozzio da Vignolia (1507-1573 ) dan Andrea Mantegna (1431-1516 ) mengunakan teknik perspektif dalam figur lukisan. pengunaan konstruksi perspektif ini menyebar cepat dengan adanya penemuan mesin cetak dan pekerjaan pemahat-pemahat sepeti Albercht Durer ( 1472-1528) perpective by albrecht durer notepedia Perpective oleh Albrecht Durer Cetakan tua dari abad 16 memperlihatkan suatu metode sederhana untuk memindahkan sebuah objek ke dalam bidang gambar Sebelum tahun 1500, konstruksi perspektif telah dicoba dan diuji kemungkinan-kemungkinannya. Leonardo da Vinci memasukkan diagram-diagram dan keterangan-keterangan mengenai perspektif dalam buku-buku catatannya. pada tahun 1499 ia membuat diagram-diagram untuk buku karangan teman nya, ahli matematika Fra Luca Pacioli yang berjudul " De Devina Proportione ".
Lukisan-lukisan perspektif dan buku-buku mengenai teori perpektif bermunculan pada jaman Barok. Pada tahun 1715 muncul sebuah teori perspektif dari taylor, yang kemudian dikembangkan sampai sekarang . pada jaman Barok, Eropa untuk pertama kalinya mengenal lebih dekat dengan lukisan-lukisan Tiongkok. Lukisan-lukisan ini masih ada kekurangannya, yaitu keaslian menurut alamiahnya dan aturan perspektif atau kebenaran perspektifnya. "whitering trees and bamboo" cina abad 17 oleh yun shou-p'ing. efek pengambaran perspektif dari udara dengan pemberian tekanan pada objek terdekat dan efek kabut pada perbukitan yang jauh.
  Gambar-gambar dari Tiongkok ini dapat disejajarkan dengan gambar pada zaman Rokoko di Eropa, yaitu gambar perpektif dengan banyak titik hilang. manusia abad ke-19 berpendapat sistem ini terlalu di buat-buat , terlalu berbelit-belit dan juga tidak cukup tepat.maka mereka mengambangkan fotografi.
Sejak zaman renaissans, pada seniman telah memperbaharui teknik-teknik perspektif. thomas Eakins ( 1844-1916 )  membuat sebuah gambar lengkap dengan bayangan yang sangat akurat. beberapa kritikus berpendapat bahwa gambar dengan teknik perspektif 'dihancurkan' oleh para seniman modern , seperti Pablo Picasso di awal ke-20, namun beberapa seniman modern tidak benar-benar meninggalkan teknik perspektif, mereka meminjam tekniknya,mengelaborasikannya dengan karya mereka dan memperbaiki teknik tekniknya, yang menjadikan gambar perspektif sebagai sebuah karya seni sekaligus ilmu pasti. (2013) (2012)

2.     Pengertian Sholat Fardhu

Shalat secara bahasa berarti berdo’a. dengan kata lain, shalat secara bahasa mempunyai arti mengagungkan. Sedangkan pengertian shalat menurut syara’ adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu, yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Ucapan di sini adalah bacaan-bacaan al-Qur’an, takbir, tasbih, dan do’a. Sedang yang dimaksud dengan perbuatan adalah gerakan-gerakan dalam shalat misalnya berdiri, ruku’, sujud, duduk, dan gerakan-gerakan lain yang dilakukan dalam shalat.
Sedangkan menurut Hasbi ash-Shiddieqy shalat yaitu beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah, menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.
Yang dimaksudkan shalat dalam penelitian ini adalah tidak hanya sekedar shalat tanpa adanya penghayatan atau berdampak sama sekali dalam kehidupannya, akan tetapi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah shalat fardlu yang didirikan dengan khusyu’ yakni shalat yang nantinya akan berimplikasi terhadap orang yang melaksanakannya. Pengertian shalat yang dimaksudkan  lebih kepada pengertian shalat menurut Ash Shiddieqy  dari ta’rif shalat yang menggambarkan ruhus shalat (jiwa shalat); yaitu berharap kepada Allah dengan sepenuh jiwa, dengan segala khusyu’ dihadapan-Nya dan berikhlas bagi-Nya serta hadir hati dalam berdzikir, berdo’a dan memuji.
Inilah ruh atau jiwa shalat yang benar dan sekali-kali tidak disyari’atkan shalat karena rupanya, tetapi disyari’atkan karena mengingat jiwanya (ruhnya).
Khusyu’ secara bahasa berasal dari kata khasya’a-yakhsya’u-khusyu’an, atau ikhta dan takhasysya’a yang artinya memusatkan penglihatan pada bumi dan memejamkan mata, atau meringankan suara ketika shalat.  Khusyu’ secara bahasa juga bisa diartikan sungguh-sungguh penuh penyerahan dan kebulatan hati; penuh kesadaran hati.  Arti khusyu’ itu lebih dekat dengan khudhu’ yaitu tunduk, dan takhasysyu’ yaitu membuat diri menjadi khusyu’. Khusyu’ ini dapat terjadi baik pada suara, badan maupun penglihatan. Tiga anggota itulah yang menjadi tanda (simbol) kekhusyu’an seseorang dalam shalat.
Khusyu’ menurut istilah syara’ adalah keadaan jiwa yang tenang dan tawadhu’ (rendah hati), yang kemudian pengaruh khusyu’ dihati tadi akan menjadi tampak pada anggota tubuh yang lainnya.  Sedang menurut A. Syafi’i khusyu’ adalah menyengaja, ikhlas dan tunduk lahir dan batin; dengan menyempurnakan keindahan bentuk/sikap lahirnya, serta memenuhinya dengan kehadiran hati, kesadaran dan pengertian (penta’rifan) segala ucapan bentuk/sikap lahir itu. (2012)
Ayat yang Memerintahkan Mendirikan Sholat di dalam Al Qur’an banyak sekali kita jumpai perintah mendirikan sholat seperti beberapa contoh diantaranya:

Artinya: “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan sholat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,” (QS.al Baqarah(2) : 3) 
 
Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS.al Baqarah(2) : 43)



artinya: “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,” (QS.al Baqarah(2):45)

Artinya: “Peliharalah segala sholat (mu), dan (peliharalah) sholat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam sholatmu) dengan khusyuk.” (QS.al Baqarah(2):238)


 
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal soleh, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS.al Baqarah(2):277) (2012)

3.     Pengertian Kognitif, Afektif dan Psikomotorik

a.       Pengertian Kognitif
Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.

b.      Pengertian Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1)      Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2)      Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
3)      Valuing (menilai atau menghargai)
4)      Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5)      Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan  suatu nilai atau komplek nilai)

c.       Pengertian Psikomotorik
 Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. (2012)



BABA III

PEMBAHASAN


A.     PERSPEKTIF SHOLAT FARDHU PADA ASPEK KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK

Dalam perspektif sholat fardhu  perlu dipahami dan dipelajari semenjak usia dini, hal tersebut merupakan suatu pembiasaan yang mengarah kepada proses kejiwaan sesorang yang akan menjadi dasar tolak ukur dalam hal keimanan. Sholat merupakan dasar dari agama islam yang dijadikan hubungan antara makhluk dengan Tuhannya.
Sebagai umat islam tentu sholat merupakan ibadah yang utama dan dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar seperti dalam :
( QS. Al-Ankabut ayat 45 )

Artinya :Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dari ayat diatas tentu sholat merupakan ibadat yang paling besar dibandingkan ibadah yang lainnya, maka dari itu untuk menacapai hal tersebut


khusyu dalam melaksanakan sholat sangatlah penting seperti yang diutarakan oleh Abul Aliyah berkata : di dalam sholat itu ada tiga unsur penting, yaitu Ikhlas, khosyah ( takut ) dan dzikrullah ( ingat kepada Allah ). Maka jika tiap sholat tidak ada ketiganya, tidaklah disebut sholat. Karena dengan kandungan ikhlas akan mengajak kepada yang ma’ruf, khosy-yah akan mencegah kepada yang mungkar dan dzikrullah akan mencakup makna mengajak ma’ruf dan mencegah mungkar.
Mengenai penjelasan di atas, sholat dapat kita cantumkan terhadap tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik agar dalam penerapannya mudah kita pahami dan dipelajari sehingga dalam proses pembelajaran, peserta didik dapat memahami materi tentang sholat fardhu sesuai tujuan yang diharapkan.
Dalam aspek kognitif siswa dapat dengan mudah mengingat rukun  sholat dari mulai niat  sampai salam sehingga siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun rukun sholat yang wajib siswa diketahui adalah :
1.      Berdiri bagi yang mampu (Niat)
2.      Takbiiratul-Ihraam,
3.      Membaca Al-Fatihah pada setiap rakaatnya,
4.      Ruku’,
5.      I’tidal setelah ruku’,
6.      Sujud dengan anggota tubuh yang tujuh sebanyak dua kali dengan tuma’ninah,
7.      Duduk di antara dua sujud,
8.      Thuma’ninah (Tenang) dalam semua amalan,
9.      Tertib rukun-rukunnya,
10.  Tasyahhud Akhir,
11.  Duduk untuk Tahiyyat Akhir,
12.  Shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
13.  Salam dua kali.
Pada aspek afektif siswa dapat menerima dengan ikhlas tanpa ada unsur keterpakasaan dalam menjalankan sholat fardhu. Pada aspek afektif ini tidak mudah dilakukan oleh setiap siswa bahkan kerap kali sesorang akan lalai dalam mengamalkan sholat fardhu jikalau dalam kehidupannya penuh dengan kebahagian dunia semata ( bergelimanagan harta ), justru sebaliknya seseorang akan lebih aktif dalam mengamalkan sholat jikalau dalam kehidupannya mengalami kesulitan.
Ditinjau pada aspek afektif ini bukanlah sebagai pemicu siswa agar rajin menjalankan sholat fardhu, akan tetapi sebagai tolak ukur sejauh mana siswa dapat mengamalkan sholat fardhu dengan penuh kesadaran akan keadaan dirinya selaku manusia yang tak bisa berbuat apa-apa tanpa pertolongan dari  Allah SWT.


Artinya : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',(QS. Al Baqarah : 45)
Dari Utsman berkata,”Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,”Tidaklah seorang muslim mendatangi shalat wajib lalu membaguskan wudhu, khsuyu dan ruku’nya kecuali ia menjadi pelebur dosa-dosanya yang lalu kecuali dosa besar. Dan itu berlaku sepanjang masa”. (HR. Muslim)

Di dalam aspek psikomotorik juga siswa dapat dengan benar melaksanakan tata cara sholat dengan baik dari mulai niat dengan mengucapakan lafadz, takbiratul ihram dengan mengangkat kedua telapak tangan dan seterusnya. Sehingga dalam aspek ini seorang guru dapat memberikan / bimbingan tata cara gerakan sholat yang baik menurut syariat serta  dapat dijadikan sebagai gerakan olah tubuh yang baik bagi siswa-siswinya.
Berikut beberapa hadits tentang gerakan sholat yang dianjurkan Rasulullah SAW.

صَلُّوا رَأَيْتُمُونِي كَمَا أُصَلِّي
Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat.. (HR.Bukhari no.6705, Ad-Darimi no.1225  dari Malik bin Al Huwairits radliallahu ‘anhu)*



Wudhu
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia berwudlu.”
(HR. Bukhari no.132, Muslim no.330)*

 Menghadap Kiblat



Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit[96], Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.

[96]  maksudnya ialah nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit mendoa dan menunggu-nunggu Turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah (rofi, 2012)









BAB IV

PENUTUP

A.     Kesimpulan

Shalat merupakan kewajiban setiap muslim,karena hal ini di syariatkan oleh Allah SWT. Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai prakteknya, hal ini tidak menjadi masalah karena di dalam al-qur'an sendiri tidak ada ayat yang menjelaskan secara terperinci mengenai praktek shalat. Tugas dari seorang muslim hanyalah melaksnakan shalat dari mulai baligh sampai napas terakhir, semua perbedaan mengenai praktek shalat semua pendapat bisa dikatan benar karena masing-masing memilki dasar dan pendapatnya masing-masing dan tentunnya berdasarkan ijtihad yang panjang.
Setiap perintah Allah yang di berikan kepada kaum muslimin tentunya memiliki faidah untuk kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di perintahkan untuk melaksanakan shalat, salah satu faidahnya yakni supaya umat islam selalu mengingat Tuhannya dan bisa meminta karunianya dan manfaat yang lainnya yakni bisa mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

B.     Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca terutama pada dosen mata kuiah ini, agar dapat pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Atas kritik dan saranya, penulis ucapkan terima kasih.

No comments:

Post a Comment