Wednesday 15 April 2015

MAKALAH ILMU AL-MUHKAM WAL MUTASYABIH



BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah
Al-Quran, kalam Tuhan yang dijadikan sebagai pedoman dalam setiap aspek kehidupan umat Islam, tentunya harus dipahami secara mendalam. Pemahaman Al-Quran dapat diperoleh dengan mendalami atau menguasai ilmu-ilmu yang tercangkup dalam ulumul quran. Dan menjadi salah satu bagian dari cabang keilmuan ulumul quran adalah ilmu yang membahas tentang Muhkam Mutasyabbih ayat.
Sehubungan dengan persoalan ini, Ibn Habib An-Naisabari pernah mengemukakan tiga pendapat mengenai kaitan ayat-ayat Al-Qur’an terhadap muhkam-mutasyabih.
Pertama, seluruh ayat Al-Qur’an adalah muhkam berdasarkan firman Allah dalam QS. Hud : 1, sebagai berikut :


Kedua, seluruh ayat Al-Qur’an adalah mutasyabih berdasarkan firman Allah dalam QS. Az-Zumar : 39, sebagai berikut :


Ketiga, pendapat yang paling tepat, ayat-ayat Al-Qur’an terbagi dalam dua bagian, yaitu muhkan dan mutasyabihberdasarkan firman Allah dalam QS. ‘Ali Imran : 7, sebagai berikut :


Muhkam Mutasyabbih ayat hendaknya dapat dipahami secara mendalam. Hal ini dikarenakan, dua hal ini termasuk dalam objek yang urgen dalam kajian/pemahaman Al-Quran. Jika kita tengok dalam Ilmu Kalam, hal yang mempengaruhi adanya perbedaan pendapat antara firqoh satu dengan yang lainnya, salah satunya adalah pemahaman tentang ayat muhkam dan mutasyabbih. Bahasa Al-Quran ada kalimat yang jelas (muhkam) dan yang belum jelas (mitasyabih), hingga dalam penafsiran Al-Quran (tentang ayat muhkam mutasyabih-red) terdapat perbedaan-perbedaan.
Berdalih agar tidak terjadi ketimpangan dalam memahami ayat-ayat Al-Quran khususnya dalam ranah Muhkam Mutasyabbih, maka kelompok kami menyusun makalah yang membahas tentang kedua hal tersebut dengan judul “ Al-Muhkam Al-Mutasyabih”. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai ketentuan dan hal-hal yang berhubungan dengan Muhkam dan Mutasyabbih, akan dijelaskan dalam bab berikutnya yaitu bab pembahasan.

  1. Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih ?
2.      Bagaimana Sebab – sebab terjadinya Tasyabuh dalam Al-Qur’an ?
3.      Bagaimana Sikap para Ulama terhadap Ayat – ayat Al- Mutasyabih ?
4.      Apa Faedah dari adanya Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih ?
  1. Tujuan Pembelajaran
Adanya suatu diskusi dalam kelas yang kita lakukan sudah barang tentu semuanya mempunyai tujuan masing-masing dan boleh jadi tujuan tersebut berbada ataupun sama. Sedang pembelajaran pada saat ini yaitu dengan judul “Al-Muhkam Al-Mutasyabih” mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah :
1.      Dapat mengetahui pengertian dari Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih.
2.      Dapat memahami sebab-sebab terjadinya Tasyabuh dalam Al-Qur’sn
4.      Dapat membedakan bagaimana sikap para ulama terhadap adanya ayat-ayat Al-Mutasyabih.
5.      Dapat memahami faedah dari adanya Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih.


BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Muhkam dan Mutasyabih
Muhkam berasal dari kata ihkam yang secara bahasa berarti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Namun semua pengertian ini pada dasarnya kembali kepada makna pencegahan. Seperti Ahkam Al-Amr berarti Ia menyempurnakan sesuatu dan mencegahnya dari kerusakan; Ahkam Al-Faras  berarti Ia membuat kekakng dari mulut kuda untuk mencegahnya dari goncangan.
Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang secara bahasa berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antar dua hal. Tasyabaha dan Isytabaha berarti dua hal yang masing-masing menyerupai yang lainnya.
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menggunakan kedua kata ini atau kata jadiannya.
Pertama, Firman Allah :
 4

Artinya :
Sebuah Kitab yang disempurnakan (dijelaskan) ayat-ayatnya (Q.S. Hud ; 1)

Kedua yaitu Q.S Az-zumar :23 


Artinya:
(yaitu) al-Qur’an yang serupa (mutasyabih) lagi berulang-ulang… (Q.S Az zumar)

ketiga yaitu Q.S Al-Imran ;7.


   
Artinya :
7.  Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat[183], Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
[183]  Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang terang dan tegas Maksudnya, dapat dipahami dengan mudah.[184]  termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya Hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain.

Secara sepintas, ketiga ayat ini menimbulkan pemahaman yang bertentangan. Karena itu, Ibnu Habib Al-Naisaburi menceritakan adanya tiga pendapat tentang masalah ini. Pertama berpendapat bahwa Al–Qur’an  seluruhnya muhkam berdasarkan ayat pertama. Kedua Al–Qur’an  seluruhnya mutasyabih berdasarkan ayat kedua. Ketiga berpendapat bahwa sebagian ayat Al-Qur’an muhkam dan lainnya mutasyabih berdasarkan ayat ketiga dan inilah pendapat yang lebih sahih. Sedangkan ayat pertama, dimaksudkan dengan muhkamnya Al-Qur’an adalah kesempurnaannya yang tidak adanya pertentangan antara ayat-ayatnya. Maksud mutasyabih dalam ayat kedua adalah menjelaskan segi kesamaan ayat-ayat Al-Qur’an dalam kebenaran, kebaikan dan kemukzizatannya.
Secara istilah, para ulama berbeda pendapat pula dalam merumuskan definisi muhkam dan mutasyabih. Al-Suyuti misalnya telah mengemukakan 18 definisi atau makna muhkam dan mutasyabih yang diberikan para Ulama. Al-Zarqani mengemukakan 11 definisi pula yang sebagiannya dikutip dari al-Suyuti. Diantara definisi yang dikemukakan Al-Zarqani yang banyak peneliti memilihnya yaitu pendapat Imam Al-Razi yaitu Muhkam ialah ayat yang tunjukan makna kuat, yaitu lafal nash dan lafal zahir. Mutasyabih ialah ayat tunjukan maknanya tidak kuat, yaitu lafal mujmal, muawwal dan musykil.
Dari uraian diatas, dapat diketahui dua hal penting. Pertama, dalam membicarakan muhkam tidak ada kesulitan. Muhkam adalah ayat yang jelas atau rajah maknanya. Kedua, pembicaraan tentang mutasyabih menimbulkan masalah yang perlu dibahas lebih lanjut.

B.       SEBAB – SEBAB TERJADINYA TASYABUH DALAM AL-QUR’AN
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa sebab tasyabuh atau mutasyabih adalah ketersembunyian maksud bahwa ketersembunyian itu bisa kembali kepada lafal atau kepada makna atau kepada lafal dan makna sekaligus. Contoh ketersembunyian pada lafal adalah 




Disini mutasyabih karena ganjilnya dan jarangnya digunakan. Kata   (……….)     diartikan rumput-rumputan berdasarkan pemahaman dari ayat berikutnya :


Mutasyabih yang timbul dari ketersembunyian pada makna adalah ayat-ayat mutasyabihat tentang sifat-sifat Tuhan seperti :




Mutasyabih yang timbul dari ketersembunyian pada makna dan lafal sekaligus adalah seperti :
189 ……… dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya[116], akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
[116]  pada masa jahiliyah, orang-orang yang berihram di waktu haji, mereka memasuki rumah dari belakang bukan dari depan. hal Ini ditanyakan pula oleh para sahabat kepada Rasulullah s.a.w., Maka diturunkanlah ayat ini.
Menurut A-Zarqani, ayat-ayat mutasyabihat dapat dibagi ketiga macam.
  1. Ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat sampai kepada maksudnya, seperti pengetahuan tentang zat Allah dan hakikat sifat-sifat-Nya, pengetahuan tentang kiamat dan hal-hal gaib lainnya
  2. Ayat-ayat yang setiap orang bias mengetahui maksudnya melalui penelitian dan pengkajian , seperti ayat-ayat mutasyabihat yang kesamarannya timbul akibat ringkas, panjang, urutan dan seumpamanya.
  3. Ayat-ayat mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para ulama tertentu dan bukan semua ulama. Maksud yang demikian adalah makna-makna yang tinggi yang memenuhi hati orang-orang yang jernih jiwanya dan mujtahid.

  1. PANDANGAN DAN SIKAP ULAMA MENGHADAPI AYAT-AYAT MUTASYABIH
  1. Mazhab Salaf
Yaitu orang-orang yang mempercayai dan mengimanai sifat-sifat mutasyabih itu dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri. Mereka mensucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil ini bagi Allah dan mengimaninya.
System penafsiran yang diterapkan oleh madzhab salaf memiliki dua argument yaitu argument aqli dan argument naqli.
  1. Mazhab Khalaf
Yaitu ulama yang menakwilkan lafal yang makna lahirnya mustahil kepada makna yang laik dengan zat Allah. Mazhab ini juga mempunyai argument aqli dan naqli berupa atsar sahabat. Menurut mereka suatu hal yang harus dilakukan adalah memalingkan lafal dari keadaan kehampaan yang mengakibatkan kebingungan manusia karena membiarkan lafal terlantar tak bermakna. Selama mungkin mentakwil kalam Allah dengan makna yang benar, maka nalar melakukan untuk melakukannya.

  1. FAEDAH DARI ADANYA AL-MUHKAM DAN AL-MUTASYABIH
Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al- Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.
Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya, karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya, tidak harus menuggu penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat atau surah yang lain. Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi cobaan pada badan untuk beribadah.
 Seandainya akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayatayat mutasyabih itu. Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih. Sebagaimana Allah menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab sebagai cercaan terhadap orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya Allah memberikan pujian bagi orang-orang yang mendalami ilmunya, yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka berkata rabbana la tuzighqulubana. Mereka menyadari keterbatasan akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.
Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah SWT.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi dan tidak menimbulkan pertanyaan jika disebutkan. Sedang mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas. Ulama berbeda pendapat dalam hal memahami ayat-ayat mutasyabih, yaitu antara bias tidaknya manusia memahami/memaknai ayat-ayat mutasyabihat. Sebab munculnya ayat muhkam mutasyabih terbagi menjadi tiga tinjauan yaitu, Adanya kesamaran dalam lafadz, kesamaran makna ayat dan kesamaran makna dan ayat. Terdapat tiga macam ayat mutasyabih yaitu ayat yang tidak bisa difahami oleh manusia, yang bisa difahami semua orang dengan pemahaman yang dalam dan ayat yang bisa difahami oleh pakarnya saja. Terdapat hikmah adanya ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat yang secara garis besar masuk pada tataran pemahaman dan penggunaan logika akal.

Saran
Dalam memahami ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat tentunya akan menemui perbedaan antara ulamak satu dengan yang lainnya. Maka dari itu, kita sebagi mahasiswa tidak sepantasnya saling salah menyalahkan pendapat satu dengan yang lainnya. Karena setiap pendapat yang dikeluarkan oleh para ulamak tentunya semuanya memiliki dasar. Kita harus lebih bijak dalam mengatasi perbedaan