MAKALAH
PEMBENTUKAN NILAI-NILAI AGAMA DALAM KELUARAGA MENURUT AL-QUR’AN
Makalah Ini di Ajukan Untuk Memenuhi
Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu : A.A Khozim, MA, M.Pd
Di Susun Oleh :
Nurul Khofifah
Rinaldi Hardiansah
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )
BUNGA BANGSA CIREBON
2014
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum.Wr. Wb
Alhamdulillah, kami ucapkan kepada Allah, yang telah melimpahkan
karunia-Nya serta nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“ Pembentukan nilai-nilai pendidikan Agama dalam dalam keluaraga menurut
Al-Qur’an”.
Shalawat serta salam kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhamad SAW, karena dengan perjuangannya kita bisa membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk.
Selanjutnya kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu semoga mendapat berkah
dari Allah SWT.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekeliruan, namun kami mengharap tegur sapa, saran dan kritik yang sifat nya
membangun dari pembaca, sehingga dengan saran dan kritikan dari pembaca
mudah-mudahan penulis bisa memperbaiki untuk kedepaannya. Karena tak ada
manusia terlepas dari kesalahan dan khilaf.
Kami berharap semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua. (Amin)
Wassalaamu’alaikum. Wr. Wb
Cirebon 08 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….......ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1
- Latar Belakang Masalah…………………………………………………...1
- Rumusan Masalah…………………………………………………………1
1. apa pengertian pendidikan islam?
2. apa pengertian keluarga?
3. apa saja aspek-aspek pendidikan islam dalam keluarga?
4. apa saja tanggung jawab orang tua dalam pendidikan islam?
5. apa saja tujuan pendidikan islam
BAB II PEBAHASAN……………………………………………………………2
- Pengertian Pendidikan Islam………………………………………………2
- Pengertian Keluarga……………………………………………………….2
- Aspek-Aspek Pendidikan Islam Dalam Keluarga…………………………3
- Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Pendidikan Islam……………………3
- Tujuan Pendidikan Islam………………………………………………….6
BAB III PENUTUP………………………………………………………………9
- Kesimpulan………………………………………………………………..9
- Saran……………………………………………………………………….9
DAFTARPUSTAKA.…………………………………………………………..10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada zaman global seperti saat ini, banyak
tantangan yang dihadapi oleh para pendidik yaitu khususnya guru di sekolah dan
orangtua di lingkungan keluarga. Semakin canggihnya teknologi dan luasnya
pergaulan anak sangat berpengaruh pada pandangan hidup, kepribadian serta
perilaku anak itu sendiri saat mereka beranjak dewasa.
Oleh karena itu anak harus diberi
bekal pendidikan agama terutama pendidikan agama islam sejak dini. Pendidikan
agama telah diajarkan di sekolah dan lingkungan keluarga, namun yang paling
berpengaruh pada anak adalah pendidikan agama yang diberikan di lingkungan
keluarga sejak dini.
Penanaman pendidikan agama sejak
dini dapat mempengaruhi pandangan hidup anak saat mereka telah tumbuh dewasa
serta dapat menjadikan pegangan hidup saat mereka bergaul di lingkungan
masyarakat yang lebih luas agar tidak mudah terpengaruh oleh perbuatan negatif.
B. Rumusan Masalah
1. apa pengertian pendidikan islam?
2. apa pengertian keluarga?
3. apa saja aspek-aspek pendidikan
islam dalam keluarga?
4. apa saja tanggung jawab orang tua
dalam pendidikan islam?
5. apa saja tujuan pendidikan islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Pendidikan Islam
Menurut H.M. Chalib Thoha pendidikan
islam adalah pendidikan yang tujuan serta teori-teori dibangun untuk
melaksanakan praktek pendidikan yang didasarkan nilai-nilai dasar islam yang
terkandung dalam al-quran dan hadits nabi.
Menurut prof. Dr. Oemar Muhammad
At-Toumy Al-Syaebani, pendidikan islam diartikan sebagai usaha merubah tingkah
laku individu didalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan
kehidupan dalam alam sekitar melalui proses pendidikan.
B. Pengertian Keluarga
Dalam islam, keluarga dikenal dengan
istilah “usrah”. sedangkan menurut pandangan antropologi keluarga adalah suatu
kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang
memiliki tempat tinggal untuk berlindung, mendidik, berkembang, dan lain
sebagainya. Inti sebuah keluarga adalah ayah, ibu dan anak.
Keluarga muslim adalah keluarga yang
mendasarkan aktivitasnya pada pembentukan keluarga yang sesuai dengan syariat
islam, menurut Abdurrahman An-Nahlawi, tujuan terpenting dari pembentukan
keluarga adalah sebagai berikut:
1.
Mendirikan syariat allah dalam segala permasalahan rumah tangga.
2.
Mewujudkan ketenteraman dan ketenangan psikologi.
3.
Mewujudkan sunnah rasul dengan melahirkan anak-anak saleh sehingga
rasul merasa bangga dengan kehadiran kita.
4.
Memenuhi kebutuhan cinta kasih anak.
5.
Menjaga fitrah anak agar tidak melakukan peyimpangan-penyimpangan
Dalam lingkungan keluarga terletak
dasar-dasar pendidikan. di sini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai
tatanan pergaulan yang berlaku didalamnya, artinya tanpa harus diumumkan atau
ditulis terlebih dahulu agar diketahui dan diikuti oleh seluruh anggota
keluarga . di sini diletakkan dasar-dasar pengalaman melalui rasa kasih sayang
dan penuh kecintaan, kebutuhan akan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan.
justru karena pergaulan yang demikian itu berlangsung dalam hubungan yang
bersifat pribadi dan wajar, maka penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang
amat penting.
Jadi, pendidikan Islam dalam
keluarga yaitu pendidikan yang diberikan anggota kelurga terutama orang tua
kepada anaknya dalam lingkungan keluarga itu sendiri untuk membentuk
kepribadian anak menjadi muslim dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku
yang sesuai dengan ajaran Islam.
C. Aspek-Aspek Pendidikan Islam Dalam Keluarga
Sebagai realisasi tanggung jawab
orang tua dalam mendidik anak, ada beberapa aspek yang sangat penting untuk
diperhatikan orang tua, yaitu:
a. Pendidikan ibadah.
b. Pokok-pokok ajaran islam dan
membaca Al-Quran.
c. Pendidikan akhlakul karimah.
d. Pendidikan akidah islamiyah.
Adapun peran keluarga dalam pendidikan
islam dikisahkan dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 14-15 :
14. Dan kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya
kepada-Kulah kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
[1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih
ialah setelah anak berumur dua tahun.
D. Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Pendidikan Islam
Motivasi pengabdian keluarga (ayah-ibu)
dalam mendidik anak-anaknya semata-mata demi cinta kasih yang kodrati, sehingga
dalam suasana cinta kasih dan kemesraan inilah proses pendidikan ini
berlangsung dengan baik seumur anak dalam tanggungan utama keluarga. Kewajiban
ayan-ibu dalam memendidik anak-anaknya tidak menuntut untuk memiliki
profesionalitas yang tinggi, karena kewajiban tersebut berjalan dengan
sendirinya sebagai adat atau tradisi. Sehingga tidak hanya orang tua yang
berdap dan berilmu tinggi saja yang dapat mendidik, tetapi juga orangtua yang
masih memiliki taraf pendidikan yang minim. Hal tersebut karena kewajiban
mendidik anak merupakan naluri pedagogis bagi setiap individu yang menginginkan
anaknya menjadi lebih baik dari pada keadaan dirinya.
Dalam penanaman pandangan hidup
beragama, fase kanak-kanak merupakan fase yang paling baik untuk meresapkan
dasar-dasar hidup beragama. Teknik yang paling tepat dalam proses pendidikan
adalah dengan teknik imitasi, yaitu proses pembinaan anak secara tidak
langsung, yaitu ayah dan ibu membiasakan hidup rukun, istiqamah melakukan
ibadah baik di rumah, di masjid, atau di tempat-tempat lainnya sambil mengajak
anak-anaknya, sehingga sekaligus membina anak-anaknya untuk mengikuti dan
meniru hal-hal yang dilakukan orang tuanya.
Sebagai pendidik anak-anaknya, ayah
dan ibu mempunyai kewajiban dan memiliki bentuk yang berbeda karena keduanya
berbeda kodrat. Berikut ini ada beberapa kewajiban dari ayah dan ibu dalam
mendidik anak-anaknya:
1. Ayah
1.
Ayah merupakan sumber kekuasaan memberikan pendidikan anaknya
tentang manajemen dan kepemimpinan
2.
Sebagai penghubung antara keluarga dan masyarakat dengan memberikan
pendidikan anaknya komunikasi terhadap sesamanya
3.
Memberi rasa aman dan perlindungan, sehingga ayah memberikam
pendidikan sikap yang bertanggung jawab dan waspada.
4.
Di samping itu, ayah sebagai hakim dan pengadilan dalam
perselisihan yang memberikan pendidikan anaknya berupa sikap tegas, menjunjung
keadilan tanpa memihak yang salah, dan berlaku rasional dalam memberi
pendidikan anaknya dan menjadi dasar-dasar pengembangan daya nalar serta daya
intelek, sehingga menghasilkan kecerdasan intelektual.
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa
ayah berkewajiban mencari nafkah untuk mecukupi kebutuhan keluarganya melalui
pemanfaatan karunia allah swt di muka bumi dan selanjutnya dinafkahkan pada
anak-istrinya.
Artinya: Apabila Telah ditunaikan
shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Q.S. Al-Jumu’ah :10)
2. Ibu
Ibu berkewajiban sebagai:
1.
Sumber kasih sayang yang memberikan pendidikan sifat ramah tamah,
asah, asih, dan asuh kepada anak-anaknya.
2.
Pengasuh dan pemelihara keluarga yang memberikan pendidikan berupa
kesetiaan kepada tanggung jawab.
3.
Sebagai tempat pencurahan isi hati yang memberikan pendidikan
berupa sikap keterusterangan, terbuka, dan tidak suka menyimpan derita atau
rasa pribadi.
4.
Sebagai pengatur kehidupan rumah tangga yang memberikan pendidikan
berupa keterampilan-keterampilan khusus anaknya berupa hidup rukun, gotong
royong, ukhuwah, toleransi, serta menciptakan suasana dinamis, harmonis dan
kreatif.
5.
Serta sebagai pendidik di bidang emosi anak yang dapat mendidik
anaknya berupa kepekaan daya rasa dalam memandang sesuatu, yang melahirkan
kecerdasan emosional.
Menurut Abdul Mujib dalam bukunya
menyebutkan bahwa ada enam dasar-dasar pendidikan yang diberikan kepada anak
dari orang tuanya:
1.
Dasar pendidikan budi pekerti; memberi norma pandangan hidup
tertentu walaupun masih dalam bentuk yang sederhana kepada anak
2.
Dasar pendidikan sosial; melatih anak dalam tata cara bergaul yang
baik terhadap lingkungan sekitar.
3.
Dasar pendidikan intelek; anak diajarkan kaidah pokok dalam
percakapan, bertutur bahasa yang baik, kesenian yang disajikan dalam bentuk
permainan.
4.
Dasar pembentukan kebiasaan; pembinaan kepribadian yang baik dan
wajar, yaitu membiasakan kepada anak untuk hidup yang teratur, bersih, tertib,
disiplin, rajin yang dilakukan secara berangsur-angsur tanpa unsur paksaan.
5.
Dasar pendidikan kewarganegaraan; memberikan norma nasionalisme dan
patriotisme, cinta tanah air dan berperikemanusiaan yang tinggi.
6.
Dasar pendidikan agama; melatih dan membiasakan ibadah kepada Allah
SWT, sembari meningkatkan aspek keimanan dan ketakwaan anaknya kepada-Nya.
Dalam pandangan islam, anak adalah
amanat yang dibebankan oleh allah swt kepada orang tuanya. Oleh karena itu,
harus menjaga, memelihara, dan mendidik serta menyampaikan amanah itu kepada
yang berhak menerimanya. Karena manusia adalah milik allah swt mereka harus
mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada allah swt.
Dalam kaitan ini pula menurut
abdurahman an-nahlawi orang tua pendidik berkewajiban melakukan dua langkah
yaitu:
a.
Membiasakan anak untuk mengingat kebesaran dan nikmat allah, serta
semangat mencari dalil dalam mengesakan allah swt melalui tanda kebesaran-nya.
b.
Membiasakan anak-anak unttuk mewaspadai penyimpangan- penyimpangan
yang kerap membiasakan dampak negatif terhadap diri anak.
E. Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan islam sebagai suatu
proses pengembangan potensi kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada allah swt., cerdas, terampil, memiliki
etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab
terhadap dirinya, bangsa dan negara serta agama. Proses itu sendiri sudah
berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Abdurrahman an-nahlawi berpendapat
bahwa tujuan pendidikan islam adalah merealisasikan penghambaan kepada allah
dalam kehidupan manusia baik secara individual maupun secara kelompok.
Menurut pendapat prof. H. Abuddin
Nata, ma., bahwa tujuan pendidikan islam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah tuhan di muka bumi dengan
sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan mengolah bumi
sesuai dengan kehendak tuhan.
b.
Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahannya
di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada allah swt, sehingga
tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.
c.
Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidak
menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.
d.
Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, sehingga
ia memiliki ilmu, akhlak, dan keterampilan yang semua ini dapat digunakan guna
mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.
e.
Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirat.
Apabila perumusan tersebut dikaitkan
dengan ayat-ayat al-quran dan hadits maka tujuan pendidikan islam adalah
sebagai berikut:
a. Menumbuhkan dan mengembangkan
ketakwaan kepada allah swt.
b. Menumbuhkan sikap dan jiwa yang
selalu beribadah kepada allah swt.
c. Membina dan memupuk akhlakul
karimah.
Kunci pendidikan dalam rumah tangga
sebenarnya terletak pada pendidikan agama. Karena pendidikan agamalah yang
berperan penting dalam membentuk pandangan hidup seseorang. Ada dua arah
mengenai kegunaan pendidikan agama dalam keluarga, yaitu
1. Menanamkan nilai pengetahuan pada
anak
Pendidikan jasmani dan akal yang
diberikan di sekolah sekarang mempunyai banyak teori. Belum tentu semua teori
itu sesuai dengan ajaran agama. Bila anak sudah memiliki basis nilai agama yang
dibawa dari rumah, secara sederhana ia dapat memberikan nilai terhadap
teori-teori yang diajarkan di sekolah. Misalnya, saat guru mengajarkan bahwa
materialisme itu menolak tuhan dan itu baik, maka murid akan segera bereaksi
kalau teori itu salah. Dari mana ia tahu kalau itu salah? Ia tahu dari nilai
agama yang telah diperolehnya di rumah atau dari guru agamanya di sekolah.
Kemampuan menyaring dan memberi nilai teori pengetahuan seperti ini sangat
penting artinya bagi anak itu dalam perkembangan pengetahuannya di kemudian
hari.
2. Penanaman sikap menghargai guru
dan apa yang dididikannya.
Keberhasilan pendidikan di sekolah
bisa di dapat jika murid bisa menghormati guru dan menghargai pengetahuan
gurunya. Untuk menanamkan sikap itu sebenarnya pendidikan agama (islam)-lah
yang merupakan kunci utama. Pendidikan agama islam itu dilakukan di rumah
sebagai lembaga pertama dan utama.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut H.M. Chalib Thoha pendidikan islam adalah pendidikan yang
falsafah dan tujuan serta teori-teori dibangun untuk melaksanakan praktek
pendidikan yang didasarkan nilai-nilai dasar islam yang terkandung dalam
al-quran dan hadits nabi.
Rumah keluarga muslim adalah benteng utama tempat anak-anak
dibesarkan melalui pendidikan islam. Yang dimaksud dengan keluarga muslim
adalah keluarga yang mendasarkan aktivitasnya pada pembentukan keluarga yang
sesuai dengan syariat islam.
Pendidikan Islam dalam keluarga yaitu pendidikan yang diberikan
anggota kelurga terutama orang tua kepada anaknya dalam lingkungan keluarga itu
sendiri untuk membentuk kepribadian anak menjadi muslim dengan adanya perubahan
sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran Islam.
Beberapa aspek yang sangat penting untuk diperhatikan orang tua,
yaitu:
a. Pendidikan ibadah.
b. Pokok-pokok ajaran islam dan membaca Al-Quran.
c. Pendidikan akhlakul karimah.
d. Pendidikan akidah islamiyah.
B. Saran
Sebaiknya seorang anak dibekali dengan pendidikan agama oleh orang
tuanya sejak dini di lingkungan keluarga, karena dengan pendidikan agama yang
sudah ada sejak dini dapat mempengaruhi pandangan hidup mereka saat dewasa dan
dapat menjadi benteng saat bergaul dimasyarakat agar tidak terpengaruh
perbuatan negatif. Sehingga dapat menjadi anak yang berpikir dan berperilaku
baik, memiliki iman dan taqwa kepada Allah, berbakti kepada orang tua serta
cinta tanah air.
No comments:
Post a Comment